free page hit counter

Tinutuan Sebagai Kuliner Keberagaman: Menggali Kekayaan Rasa Dalam Bubur Manado

MANADO (DUTA DAMAI SULUT) – Indonesia sangat kaya akan Kuliner, mulai dari Sabang hingga Merauke sulit untuk tidak menyebutkan hidangan-hidangan yang khas dari berbagai wilayah di negara ini.

Kali ini kita akan mengulik salah satu kuliner unik khas Sulawesi Utara yang benar-benar memikat lidah. Kuliner tersebut adalah Tinutuan, atau yang biasa kita kenal sebagai Bubur Manado.

Tinutuan atau Bubur Manado adalah hidangan yang menggabungkan cita rasa khas antara keanekaragaman sayuran yang disajikan dengan sambal atau dabu-dabu roa bersama hidangan pelengkap seperti ikan cakalang dan berbagai aneka gorengan khas Sulawesi Utara seperti perkedel jagung, perkedel nike, hingga aneka gorengan lainnya.

Tinutuan bukan hanya makanan bercita rasa lezat, tetapi juga simbol nyata dari harmoni dan keberagaman yang melebur dalam sebuah mangkuk.

Ayo, kita gali lebih dalam soal kelezatan Tinutuan dan bagaimana hidangan ini mencerminkan kekayaan kuliner Indonesia sebagai lambang keberagaman.

Asal Usul Tinutuan berasal dari Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Wilayah paling utara dari Pulau Sulawesi ini terkenal dengan keindahan alamnya dan makanan yang lezat.

Dikutip dari laman Kompas terdapat sejarah panjang terkait terciptanya Tinutuan sejak zaman penjajahan Belanda.

Pada masa itu, kebijakan monopoli dan tanam paksa mengakibatkan jatuhnya perekonomian masyarakat, kecuali mereka yang bekerja sama dengan penjajah.

Banyaknya peperangan menyebabkan orang tidak berani keluar rumah untuk membeli makanan atau mengambil bahan pangan di ladang.

Akhirnya, masyarakat memanfaatkan segala bahan pangan yang terdapat di sekitar tempat tinggalnya. Para ibu memetik sayur-mayur dan umbi-umbian (seperti ubi talas maupun singkong) dan labu kuning.

Kemudian, semua bahan tersebut dicampur secara asal di dalam wadah dan mencampurkan sedikit beras lalu dimasak menjadi bubur.

Ternyata, rasanya enak dan banyak disukai orang. Sejak saat itu, tinutuan tersebar di masyarakat luas. Kurang lebih sejak tahun 1970, bubur Manado dijual di sejumlah sudut Kota Manado.

Dalam bahasa Manado, tinutuan memiliki arti campur aduk. Keanekaragaman sayuran adalah salah satu hal yang menonjolkan keberagaman dalam hidangan ini.

Mulai dari daun gedi, labu, daun kemangi, kangkung, bayam, jagung, hingga jenis umbi yaitu singkong. Tinutuan mencakup berbagai jenis sayuran. Sayuran-sayuran ini memberikan cita rasa segar dan kaya akan nutrisi.

Persiapan dan penyajian

Tinutuan disiapkan dengan memasak beras hingga lembut dan mencampurkannya dengan berbagai macam sayuran.

Makanan ini memiliki tekstur bubur yang lembut dan lezat. Bubur Manado juga sering disajikan panas dan dihiasi dengan daun kemangi yang memberikan aroma segar.

Tidak lupa, sambal pedas memberikan dimensi rasa tambahan hingga hidangan pelengkap seperti ikan cakalang dan berbagai aneka gorengan khas Sulawesi Utara seperti perkedel jagung, perkedel nike, hingga aneka gorengan lainnya.

Tinutuan bukan hanya makanan sehari-hari di Manado, tetapi juga simbol budaya dan tradisi lokal yang masih terus dipertahankan hingga kini.

Hidangan ini seringkali hadir dalam perayaan seperti acara keluarga, acara adat, hingga ibadah syukur dan menjadi cara untuk merayakan kekayaan budaya.

Di samping itu, menu makanan ini juga menjadi simbol keberagaman yang dibuktikan dengan berbagai macam bahan namun dapat bersatu untuk menciptakan cita rasa yang mengagumkan.

Dengan begitu, ini juga menjadi pengingat, meskipun ada dalam keberagaman dan perbedaan, kita dapat bersatu dalam keharmonisan dan kelezatan.Ketika anda menikmati Tinutuan, anda tidak hanya mengecap kelezatan kuliner, tetapi juga merasakan esensi dari keberagaman Indonesia yang luar biasa.

Ini adalah contoh bagaimana makanan dapat menjadi lambang persatuan dalam perbedaan dan mengingatkan kita akan kekuatan yang ada dalam beragamnya budaya.

Tinutuan adalah bukti nyata bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dirayakan dalam semua aspek kehidupan.

Ketika anda berkunjung ke Manado, mencoba Tinutuan adalah suatu keharusan. Tentu ini kesempatan untuk menjelajahi keanekaragaman rasa dan kekayaan budaya Nusantara.

Tinutuan adalah contoh sempurna dari bagaimana makanan dapat menjadi cerminan budaya dan warisan lokal, serta menghubungkan orang dengan akar dan tradisi mereka. Jadi, jangan ragu untuk mencicipi hidangan lezat ini saat anda di Manado.

Penulis: Bryan Yoshua Korua

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *