MANADO (DUTA DAMAI SULUT) – Hari Pers Nasional (HPN) merupakan momentum di mana insan pers seluruh Indonesia memperingati lahirnya pers yang teguh dan bebas.
Salah seorang tokoh perintis pers nasional adalah Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (Blora, 1880-1918). Namanya kini dikenal sebagai Bapak Perintis Jurnalistik Nasional.
Bermula pada zaman menuju kemerdekaan, pers merupakan bagian dari ranah perjuangan bangsa karena vitalnya peran media sebagai penyampai pesan bagi banyak orang.
HPN diperingati setiap tanggal 9 Februari, di mana tanggal tersebut juga menjadi cikal bakal lahirnya organisasi pers terbesar dan tertua di Indonesia, yakni Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun 1946.
Melansir detikjatim, legalitas HPN tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1985 oleh Presiden Soeharto pada 23 Januari 1985.
Sebelumnya, HPN sempat dibahas pada Kongres PWI ke- 28 di Padang tahun 1978. Saat itu muncul keinginan para tokoh pers Indonesia untuk mencetuskan hari pers sebagai peringatan peran pers di Indonesia.
Di Sulawesi Utara (Sulut), pers mengalami banyak tantangan dan perjuangan yang tidak mudah dilalui.
Namun begitu, sebagai masyarakat Sulut kita patut berbangga.
Pada 17 Agustus 1945, saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya, ada dua orang asal Minahasa, Sulawesi Utara yang meliput dan memotret momen tersebut.
Mereka adalah Mendur bersaudara, yakni Frans Soemarto Mendur dan Alex Impurung Mendur, adalah wartawan asli Kawangkoan, Kabupaten Minahasa. Mereka berdua berhasil mengabadikan seluruh momen upacara perdana tersebut.
Demi menghormati jasa-jasa mereka, berdirilah tugu pers di Kecamatan Kawangkoan dengan patung Mendur bersaudara sebagai ikon.
Tantangan dalam mempertahankan integritas
Dewasa ini, pers di Indonesia menemui banyak sekali tantangan. Sebagai pilar keempat demokrasi, pers dituntut punya integritas dan netralitas tinggi.
Meski begitu, masih ada banyak sekali orang yang menyalahgunakan profesi wartawan dan tidak mengedepankan integritas serta netralitas.
Akibatnya, pers menjadi tidak independen dan sarat akan kepentingan. Dengan keadaan tersebut, jurnalisme berkualitas seakan menjadi angan-angan belaka dari seluruh insan pers tanah air.
Tantangan tersebut perlu dihadapi dengan komitmen kuat untuk membangun dan memperbaiki kualitas pers Indonesia agar semakin baik ke depan.
Melihat situasi dan kondisi Indonesia yang sebentar lagi menghadapi pemilu, peran dan integritas pers sangat dibutuhkan masyarakat dalam mengabarkan informasi berdasarkan fakta dan data akurat.
Sebagai masyarakat, kita perlu memahami seperti apa pers yang benar dan berkualitas agar tidak gampang termakan informasi palsu serta tidak terverfikasi.
Mari sama-sama belajar, cek sumber informasi, bandingkan satu berita dari dua media berbeda. Hal ini bertujuan agar pembaca bisa mendapat pemahaman lebih jelas karena tidak melihat dari satu sudut pandang.
Mari wujudkan jurnalisme berkualitas, dan pers berintegritas. Selamat Hari Pers Nasional.
Penulis: Maher Kambey