MANADO (DUTA DAMAI SULUT) – Ibarat kereta yang melaju dengan kecepatan tinggi, begitu pula cerminan semangat generasi muda yang seharusnya menggebuh-gebuh.
Di era ini, betapa pentingnya generasi muda dalam kemajuan dunia. Tak ada lagi istilah yang tua lebih berpengalaman, melainkan siapa yang berani dan bertekad dialah yang akan mengguncang dunia.
Seorang pemudi, beberapa tahun belakangan ini jadi pembicaraan dunia. Malala Yousafzai namanya.
Gadis Pakistan yang jadi sorotan global, ketika lolos dari percobaan pembunuhan oleh Taliban, pada usia yang yang terbilang muda, yaitu 15 tahun.
Malala lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, provinsi Kyhber Pakhtunkhwa, Pakistan. Kehidupan seorang Malala pada awalnya berjalan normal dan damai sebagaimana mestinya.
Namun, sejak kelompok Taliban berusaha menguasai daerah tersebut. Bak mimpi buruk, Perempuan dilarang untuk bersekolah dan mengikuti kegiatan budaya seperti menari bahkan munculnya larangan menonton TV.
Hingga akhir 2008 lewat bom bunuh diri Taliban telah menghancurkan kurang lebih 400 sekolah. Hal itu membuat Malala dan keluarganya mengungsi ke tempat yang aman.
Tahun 2009 Malala sempat pulang ke rumahnya dan memanfaatkan media untuk mengkampanyekan hak untuk sekolah.
Rupanya disitulah perjuangan Malala dimulai. Usaha demi usaha dilakukan, namanya semakin dikenal karena berani menyuarakan hak-hak untuk sekolah sehingga terciptanya hidup yang aman dan damai.
Hal itu membuat Taliban geram, hingga berujung penembakan terhadap Malala pada 9 Oktober 2012 silam.
Beruntung, Malala sempat mendapat perawatan intensif hingga ke Inggris dan bersekolah di Birmingham, Inggris. Atas keberaniannya dalam menyuarakan hak-hak untuk sekolah, Insiden yang menimpa Malala semakin jadi sorotan global.
Pada 2014, Malala mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian di usianya yang menginjak 17 Tahun.
Dalam pidatonya dia menyampaikan: “Penghargaan ini tidak hanya untuk saya. Ini untuk anak-anak yang terlupakan yang ingin menempuh pendidikan. Ini untuk anak-anak yang ketakutan, yang menginginkan perdamaian”.
Sekarang ini Malala mendirikan yayasan dengan nama Malala Fund. Yayasan tersebut ia dirikan guna mendukung program-program pendidikan bagi anak-anak perempuan di negara-negara berkembang.
Malala juga kerap menjadi pembicara di panggung-panggung global. Belajar dari sosok Malala, tentu banyak teladan yang patut kita ambil.
Mulai dari jangan menganggap diri rendah karena kita muda. Karena justru dari usia muda kita harus berani dan bertekad mengubah dunia ke arah yang lebih baik.
Bayangkan saja, karena keberaniannya nyawa Malala nyaris melayang, jika tak ada keberanian, Ia mungkin tak pernah merubah dunia.
Berikutnya kita dapat melihat bahwa segala sesuatu yang baik pasti ada jalannya. Melihat perjuangan Malala yang tidak mudah, penuh dengan lika-liku untuk memperjuangan hak-hak demi terciptanya perdamaian.
Tapi karena tujuannya yang baik terbukti dia berhasil, bahkan mendapatkan Nobel Perdamaian di usianya yang masih muda. Hal lain yang boleh menjadi pembelajaran adalah berani menolong sesama tanpa memandang derajat.
Sosok Malala yang berani menyuarakan hak-hak tersebut bukan semata untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk semua orang yang merasakan dampak kekuasaan dari Taliban.
Sungguh kisah nyata yang menginspirasi bukan? Kini saatnya diri kita sendiri mengambil peran dalam mengubah dunia ke arah yang lebih baik.
Mulai dari hal-hal kecil seperti menghargai perbedaan, berani membela yang tertindas, hidup bertoleransi sehingga jauh dari perpecahan, tidak memilih-milih siapa yang harus ditolong, dan tetap melakukan hal-hal positif lainnya.
Percayalah dari hal kecil tersebut akan berdampak baik bagi dunia. Berani damai saatnya beraksi.
Penulis: Bryan Korua