Claudia Selan
Media sosial merupakan tempat untuk bersosialisasi satu sama lain melalui daring. Memudahkan para penggunanya untuk berkomunikasi walaupun terlampau jarak yang jauh. Di Indonesia Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet saat ini mencapai 63 juta orang. Dan dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook dan peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia.
Melihat data tersebut dapat meyakinkan juga bahwa tidak sedikit berita hoax yang bertebaran karena adanya oknum-oknum pengguna media sosial yang tidak betanggung jawab. Menurut Wikipedia berita bohong atau berita palsu atau hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Tujuan dari berita bohong adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Saat ini penyebaran informasi yang hoax makin marak, dan saluran yang paling banyak digunakan dalam penyebaran hoax tersebut adalah media sosial. Hal ini sangatlah berpengaruh bagi masyarakat karena kemudahan yang diberikan media sosial bagi penggunanya untuk mengakses setiap informasi, tak jarang media sosial akhirnya dijadikan tempat untuk membentuk dan menanamkan fitnah hingga kebencian bagi sesama. Hal tersebut tidak hanya mengubah cara penyampaian informasi tetapi juga mengubah cara masyarakat menerima dan mengkonsumsi informasi tersebut. Bisa saja masyarakat menerima hoax setiap hari lebih dari satu kali.
Data terbaru yang dihimpun Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang berkolaborsi dengan cekfakta.com, jumlah hoax yang tersebar di Indonesia mencapai 2.024. Jumlah itu terhitung sejak tanggal 1 Januari-16 November 2020 sedangkan pada tahun 2019 mencapai 1.221 hoax, dan di tahun sebelumnya 2018 mencapai 997 hoax (sumber: tekno.kompas.com), dapat di lihat dari data tersebut bahwa terus terjadinya peningkatan dari tahun ke tahun mengenai masalah hoax ini, terlebih lagi ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Lantas apakah yang menyebakan berita hoax tersebut gampang beredar?
- Mudahnya mengakses media sosial; baik menerima maupun membagikan dan meneruskan informasi
- Tidak adanya aturan mengenai pengunggahan apapun di media sosial
- Kurangnya kepedulian akan kredibilitas sumber berita.
dan mengapa sangat mudah dipercayai masyarakat?
- Saat mencari informasi online kita sering mendapatkannya dari teman atau saudara yang kita percayai. Karena kepercayaan itulah dengan mudahnya kita akan bagikan.
- Kurangnya kesukaan akan membaca bagi sebagian orang, membangun kebiasaan yang buruk yaitu hanya membaca judul tanpa membaca isi keseluruhan dari suatu pesan/ berita.
- Hanya mempercayai sumber tertentu dan menolak sumber lain yang tidak sependapat/ segolongan
- Belum mampu membedakan mana berita benar dan berita bohong.
Sekarang kita dapat mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong penyebaran berita bohong/ hoax dan apa saja yang memudahkan masyarakat gampang terjerat dalam berita bohong tersebut.
Penyebaran berita bohong atau hoax seolah-olah tak pernah berhenti, jumlahnya malah terus meningkat. Nah timbul pertanyaan lagi, kapan penyebaran hoax akan berhenti? Mengatur 95 persen pengguna jejaring sosial dari 63 juta orang pengguna aktif internet saat ini sangatlah tidak mungkin. Untuk itu ada baiknya untuk memulai dari langkah kecil, yaitu mulai dari diri kita sendiri dengan menghentikan penyebaran, “hoax berhenti sampai di kita” dengan memutuskan rantai penyebaran berita bohong tersebut dapat memperkecil kemungkinan tersebar luasnya berita bohong itu. Kemudian, kita masih bisa kok untuk membagikan berita atau meneruskannya tapi dengan syarat yaitu tidak gampang mempercayai berita dari sumber manapun termasuk orang terdekat, budayakan membaca isinya dulu, mulai belajar membedakan mana berita benar dan mana berita bohong.
Percayalah dengan menerapkan kebiasaan tersebut mulai dari diri kita sendiri, akan memberikan dampak yang baik bagi keberlangsungan komunikasi antar sesama lewat daring, bayangkan saja 1 juta orang menerapkan hal demikian perlahan tapi pasti dan seiring berjalannya waktu setiap berita bohong akan terkikis dengan berita benar yang ditebarkan. Kalau bukan diri kita sendiri yang memulai, mau harapkan siapa lagi?
Berani Damai,
Saatnya Beraksi!!!