MANADO (DUTA DAMAI SULUT) – Saat ini gempuran konflik, diskriminasi, dan ketidakadilan terjadi dimana-mana.
Mulai dari lingkungan sekitar kita bahkan sampai dalam skala dunia, konflik beragama, sifat anarkis antar masyarakat, bahkan perang antar negara.
Fakta tersebut menggambarkan perdamaian seolah berada jauh dari kehidupan bermasyarakat.
Hal ini memberikan dampak negatif tidak hanya kepada pihak yang terlibat, akan tetapi kepada masyarakat sekitar bahkan warga dunia.
Seperti kita ketahui bersama, perdamaian adalah syarat untuk kehidupan harmonis dan berkelanjutan.
Pentingnya pendidikan perdamaian sejak dini tidak hanya sebatas kebutuhan, melainkan sebuah keharusan bagi seluruh masyarakat dunia.
Tujuannya ialah membentuk individu yang mampu berkontribusi pada kehidupan perdamaian, menciptakan toleransi, empati, pencegahan konflik, serta keadilan di tengah kehidupan bermasyarakat demi masa depan lebih baik.
Sobat Damai, di Indonesia sendiri saat ini belum ada kurikulum yang menjembatani pendidikan perdamaian, hanya sebagian besar diajarkan dalam mata pelajaran PPKn.
Meski demikian, implikasi dari kehidupan perdamaian belum terlalu nampak dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya pendidikan perdamaian akan memberi dampak signifikan pada generasi muda yakni membentuk karakter yang berlandaskan Pancasila.
Di samping itu akan mengurangi potensi radikalisme, memiliki keterampilan dalam pencegahan konflik, stabilitas sosial, serta tercapainya salah satu poin dalam SDGs Quality Education and Peace, Justice, and Strong Institutions.
Oleh karena itu, sangat diperlukan dukungan dari berbagai elemen baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam membantu peningkatan pendidikan perdamaian.
Salah contoh seperti di Norwegia, The Norwegian Centre for Peace Education (NCPE) mendukung pelatihan guru untuk mengajarkan nilai-nilai perdamaian.
Kemudian ada inisiatif Peace Education Program di Afrika dan Asia yang telah membantu masyarakat lokal memulihkan harmoni sosial.
Bukan hanya melalui integrasi ke dalam kurikulum formal, melalui pendekatan multi sektoral dengan menciptakan kebijakan pemerintah yang meningkatkan inisiatif masyarakat dalam menciptakan program perdamaian, selain itu juga kolaborasi dengan komunitas-komunitas pemuda.
Sebagai contoh konkret membangun generasi damai, adalah terbentuknya Duta Damai di bawah naungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia sebagai agen perdamaian di kalangan anak muda.
Dibentuknya organisasi tersebut bertujuan menyebarkan perdamaian, toleransi, resolusi konflik, mencegah radikalisme melalui media sosial dengan konten tulisan, vidio kreatif dan desain grafis.
Sobat Damai, hal ini tentunya sangat membantu dalam mengajak generasi muda turut serta menyebarkan perdamaian serta ikut mengimplikasikan nilai-nilai perdamaian guna mencapai masa depan dunia yang lebih baik dan jauh dari konflik.
Dengan menanamkan nilai perdamaian pada generasi muda, kita tidak hanya mencegah konflik tetapi juga membangun masyarakat yang adil dan inklusif.
Melalui kerja sama dan komitmen bersama, pendidikan perdamaian dapat menjadi fondasi bagi dunia yang lebih baik untuk semua orang.
Penulis: Anggreine Vinolia Ering
Editor: Maher Kambey