Indonesia terkenal dengan kekayaan budayanya yang beragam. Dari Sabang sampai Merauke, terhampar berbagai tradisi, adat istiadat, dan agama yang mewarnai kehidupan masyarakat. Keberagaman ini menjadi salah satu kekuatan bangsa.
Di ujung Sulawesi Utara, terhampar gugusan Kepulauan Sangihe yang menyimpan kekayaan budaya mempesona. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Upacara Adat Tulude, sebuah perayaan yang tak hanya sarat makna spiritual, tetapi juga menjadi simbol harmoni dalam keberagaman masyarakat Sangihe.
Tulude merupakan upacara adat tahunan yang diwariskan turun-temurun. Pada dasarnya tulude adalah perayaan makan bersama namun tradisi ini bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas berkat yang telah diterima selama setahun dan juga untuk menyambut tahun baru dengan penuh harapan. Tulude sendiri umumnya dirayakan setiap tanggal 31 Januari.
Lebih dari sekadar rasa syukur, Tulude juga menjadi momen untuk memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat Sangihe. Beragam ritual adat dilaksanakan. Singkatnya proses pelaksanaan upacara adat Tulude melewati beberapa tahap yaitu pembuatan kue adat tamo yang dikerjakan bersama. Tahapan pembukaan Upacara Adat Tulude di awali dengan Tari Salo/Sumalo untuk penghormatan kepada pemerintah serta masyarakat yang hadir. Dilanjutkan dengan doa permohonan atau sering disebut prosesi Menahulending.
Secara harafiah Menahulending adalah usaha untuk mendinginkan sesuatu yang dianggap panas. Menahulending dari asal kata Tahulending yang artinya pendingin. Karena itu hakekat menahulending adalah suatu usaha menyembuhkan dan memulihkan, serta menjauhkan dari rintangan dan menjamin keselamatan serta usaha masyarakat dalam lindungan yang Maha Kuasa.
Setelahnya ada pemotongan Kue Adat Tamo yang menjadi momen kebersamaan dilanjutkan makan bersama sembari dihibur dengan berbagai keseniaan yaitu Tari Gunde, Tari Kalumpang, Tari Ampa Wayer dan Masamper.
Tulude sendiri tidak hanya diikuti oleh masyarakat Sangihe, tetapi juga oleh berbagai suku dan agama di Kepulauan Nusa Utara. Hal ini menunjukkan semangat toleransi dan saling menghormati antarumat beragama yang tinggi. Masyarakat Sangihe memahami bahwa perbedaan adalah sebuah kekayaan, bukan perpecahan. Mereka saling menghormati adat istiadat dan keyakinan masing-masing, dan hidup berdampingan dengan damai.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Tulude, seperti rasa syukur, gotong royong, toleransi, dan penghormatan kepada Yang Maha Kuasa, dapat menjadi pedoman bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman. Dengan meneladani tradisi Tulude, kita dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.
Tradisi Tulude merupakan contoh nyata bagaimana harmoni dalam keberagaman dapat terwujud dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus menjaga dan memperkuat persatuan bangsa, demi mewujudkan Indonesia yang lebih harmonis.
Penulis : Freedom Rombot (Duta Damai Sulawesi Utara)