MANADO (DUTA DAMAI SULUT) – Zaman sekarang merupakan saat di mana sebagian besar anak muda dalam hal ini generasi Z sangat bergantung dan candu akan sosial media.
Hal ini bisa dikatakan wajar karena masifnya perkembangan teknologi dan mudahnya akses terhadap internet membuat fenomena seperti ini dipandang sebagai sesuatu yang lumrah.
Namun dibalik itu semua, sadarkah anda jika media sosial (medsos) memiliki peran besar dalam membentuk pola pikir para Generasi Z Sadar atau tidak, hal inilah yang menjadi fakta di masyarakat kita sekarang.
Fakta ini diperparah saat dunia dilanda pandemi Covid-19 merajalela. Kenapa demikian? Virus Corona yang saat itu tersebar melalui udara dan sangat rawan dengan perkumpulan orang, membuat pemerintah menutup akses bagi masyarakat berinteraksi.
Akibatnya, banyak sekali orang yang melakukan aktivitas mereka di rumah masing-masing karena harus mengurangi mobilitas agar tidak terjangkit virus berbahaya ini.
Saat di rumah, konsumsi orang akan internet menjadi semakin tinggi karena harus melakukan banyak pekerjaan dan aktivitas lainnya menggunakan jaringan internet.
Pada masa inilah, medsos bisa dibilang berhasil meraih masa jaya mereka dengan banyaknya aktivitas masyarakat di dunia maya.
Perlahan tapi pasti, selama waktu pandemi, media sosial semakin menancapkan kuasanya pada masyarakat modern utamanya anak muda, yakni Generasi Z.
Secara rutin dan dengan intensitas yang tinggi, para anak muda setiap harinya menghabiskan waktu mereka berselancar di medsos dan melakukan berbagai aktivitas lainnya demi menghabiskan waktu dan kesenangan pribadi.
Munculnya pola pikir tak bisa hidup tanpa media sosial
Pada kenyataannya, sudah semakin banyak anak muda yang berpikir bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa media sosial.
Hal tersebut merupakan efek samping dari seringnya seseorang mengkonsumsi internet, sehingga membuatnya berpikir bahwa dirinya tak bisa hidup tanpa medsos
Kondisi seperti ini bisa terwujud karena mereka tanpa sadar membiarkan diri tenggelam dalam lautan arus informasi yang menghibur dan sedap dipandang.
Pola pikir seperti ini menjadi berbahaya ketika tidak bisa dikendalikan dan malah meyeret seseorang semakin jauh ke dalam jerat media sosial.
Sudah sering kali saya berjumpa dengan orang-orang yang menyatakan diri mereka tak bisa lepas dari medsos, tentu saja mereka adalah anak muda atau Generasi Z.
Jika demikian, maka hal ini berpotensi menjadikan seorang individu lemah dan mudah stres apabila tidak berselancar di medsos.
Tanggapan anak muda
Agnes Pratiwi Senduk, selaku bagian dari anak muda yang menggunakan media sosial menyebutkan, platform medsos menyajikan banyak sekali informasi yang bisa membuat seseorang bingung untuk memproses mana fakta dan mana hoaks.
Mahasiswi pascasarjana Universitas Negeri Malang ini menuturkan, ketika memperoleh informasi terkait suatu peristiwa akan sulit membedakan beberapa informasi tentang peristiwa tersebut, karena algoritma bakal selalu menyajikan sudut pandang yang sama berulang-ulang.
Dia menambhakan hampir 100% pemikiran anak muda zaman sekarang terlebih Milenial dan Generasi Z, dipengaruhi media sosial.
Serupa, Marvio Pantas berujar, pola pikir Generasi Milenial dan Z yang dipengaruhi medsos juga diakibatkan durasi dari penggunaan gadget itu sendiri.
Gen Z adalah generasi subjektif yang cepat menerima sesuatu tanpa difiltrasi, ini mengakibatkan mereka gampang terbawa arus dengan trending media sosial meliputi makanan, pakaian, dan laiinya.
Ini berakibat gaya hidup generasi sekarang menjadi semakin mahal karena selalu berkeinginan mengikuti tren meski berpenghasilan rendah.
Alumni Unima ini memaparkan, Gen Z bukanlah tipikal pejuang namun praktis dan instan serta terjebak di zona nyaman dan cengeng.
Ini berawal dari informasi yang dicerna mentah-mentah dan tanpa dipertimbangkan dengan matang.
Masalah seperti ini kemudian menjadi benang kusut yang sangat sulit diuraikan. Tentu bagi Generasi Z dan Milenial yang hidup dengan pola ini menganggap dan harus dijalani tanpa berpikir panjang.
Pada dasarnya kita perlu berbenah, dimulai dengan mengevaluasi sejauh mana cara kita memanfaatkan sosial media dalam kehidupan sehari-hari.
Jika tidak diatasi dengan benar, maka kita berpotensi kehikangan jati diri sebagai bangsa Indonesia, nilai budaya yang selama ini kita pertahankan akan tergerus dengan sangat cepat tanpa disadari.
Velistasya Sumarauw mengatakan, medsos berperan sangat besar dalam membentuk pola pikir generasi Z, dikarenakan kelompok ini merupakan generasi yang sangat terbuka dan mudah menerima segala hal.
Lebih lanjut Noni Unsrat 2021 ini menjelaskan, jika Gen Z mendapatkan perbedaan pandangan dan pola pikir dari media sosial, mereka langsung terbuka dengan hal itu bahkan banyak yang langsung menerima tanpa pertimbangan.
Akibatnya, generasi Z menjadi sulit mendefinisikan dirinya sendiri karena pola pikir mereka dikendalikan oleh pandangan dari media sosial.
Identitas diri yang terbentuk dari mereka seringkali berubah berdasarkan pada berbagai hal yang mempengaruhi mereka berpikir dan bersikap terhadap sesuatu.
Pada dasarnya, pola ketergantungan medsos bisa dikendalikan dengan cara membatasi konsumsi internet dan media sosial. Tidak mudah, meski begitu tetap saja bisa dikendalikan jika dicoba dan dibiasakan secara rutin.
Mari kita belajar untuk mengubah dan mengendalikan pemanfaatan media sosial sebelum terlambat. Cerdas bermedsos, gunakan dengan positif dan mari wujudkan pola pikir sehat.
Penulis: Maher Kambey