MANADO (DUTA DAMAI SULUT) – Menjelang pemilu serentak tahun 2024, banyak intrik-intrik politik yang mengarah ke isu intoleransi serta politik identitas.
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intoleransi adalah ketiadaan tenggang rasa. Hal ini memicu terjadinya subjektivitas dalam individu.
Menurut Chetiza Scarlet Zefanya Lumingkewas, sebagai generasi muda, yang dapat dilakukan dalam melawan intoleransi, pertama anak-anak muda dapat menyelipkan pemahaman tentang karakter manusia yang pada hakekatnya heterogen dan multikultural.
“Kedua, bijak bermedia sosial dengan menangkal hoaks yang dapat memecah belah bangsa. Kemudian memperluas jaringan dan relasi positif untuk meningkatkan pemahaman akan keberagaman,” ujar perempuan yang akrab disapa Chetiza ini.
Perempuan kelahiran Jakarta, 6 Mei 1997 ini menjelaskan bahwa, selain intoleransi yang harus dilawan, politik identitas juga harus dihindari demi menciptakan situasi dan kondisi yang lebih aman.
“Meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri, lingkungan sosial dan keagamaan, Pancasila sebagai ideologi bangsa, serta tidak mendiskriminasi siapapun,” sebut Chetiza.
Perempuan dengan zodiak Taurus ini menambahkan, masyarakat perlu mencegah sikap fanatisme yang dapat menimbulkan konflik dalam melawan politik identitas.
Lebih lanjut dirinya memaparkan, anak muda memiliki peranan penting dalam merawat kebinekaan dan kerukunan di Indonesia.
“Agar kerukunan dan kebhinekaan dapat terjaga, maka kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah meningkatkan pemahaman tentang kebhinekaan serta menerapkan filosofi Sam Ratulangi, Sitou Timou Tumou Tou dan budaya Mapalus, serta bersikap bijak serta menghargai perbedaan,” pungkasnya.
Penulis: Jovan Brando Kuemba
Editor: Maher Kambey